Senin, 18 Agustus 2014

Ciri Dan Karakter Pria Dewasa

Ciri Dan Karakter Pria Dewasa

pria dewasaPria Dewasa atau Cowok dewasa, sering sekali mendapat tempat dihati wanita dewasa juga. Dan untuk masalah kedewasaan, bukan dan tidak bisa dilihat hanya dari umur cowok terkait saja. Banyak hal yang perlu dilihat untuk bisa menentukan apakah cowok tertentu dewasa, tidak dewasa, atau hanya sok dewasa. Dari itu, seorang wanita yang ingin melihat kedewasaan seorang pria perlu mengetahui ciri-ciri cowok dewasa.

Sekedar memudahkan, madjongke.com punya sedikit ciri-ciri pria yang bisa dikatakan sebagai cowok dewasa. Dari madjongke.com untuk kamu, inilah ciri cowok dewasa.

Berani untuk bertanggung jawab
Masalah apapun, cowok dewasa berani bertanggung jawab. Berani bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukannya. Tidak justru menyalahkan atau melempar kesalahan pada orang lain. Ini bukan hal yang baik, dan tentu tidak bisa dijadikan ciri pria dewasa jika belum bisa bertanggung jawab. Jadi, kalau ada pria yang suka mempermainkan perasaan wanita tidak bisa dikatakan dewasa.

Memiliki tujuan hidup jelas
Tujuan hidup yang jelas, dan hal itu terlihat dari caranya untuk mencapai tujuan itu. Persiapan dan kesiapan sudah ada padanya. Meskipun kadang dia tahu kalau hal itu membutuhkan waktu lama untuk mencapainya. Apapun itu, yang pasti tujuan besar yang positif. Bisa disesuaikan dengan keadaan masing-masing mengenai apa tujuan tersebut.

Kesenangan nomor sekian
Cowok pada umumnya, rela mengorbankan waktu dan hal lain hanya untuk kesenangan sesaat. Sementara cowok dewasa tidak demikian. Meskipun kadang juga bisa seperti itu, tapi hal itu tidak akan sering terjadi. Bagi cowok dewasa, hal terpenting adalah tujuan hidup. Bagaimana mencapainya dan bagaimana pula persiapan untuk menjalaninya.

Ucapan dan tindakan sama
Apa yang dia ucapkan seperti apa yang dia akan lakukan, seperti apa yang dia lihat, seperti apa yang dia ketahui, dan seperti apa yang pernah dia lakukan. Kalau berjanji tidak akan mengingkari kecuali keadaan yang memaksa. seperti inilah ciri pria yang benar-benar dewasa.

Memikirkan hari depan
Bukan hanya hari ini, pada umumnya pria dewasa juga memikirkan hari depan. Bagaimana cara untuk bisa melaluinya dengan baik, tentu saja dengan persiapan sesuai kemampuan. Meski seperti itu, ini hanya bisa dijadikan salah satu ciri pria dewasa. berbeda dengan cowok pada umumnya, jika hari ini bisa senang-senang, kadan hari depan terlalu dianggap mudah. Padahal belum tentu mereka bisa melaluinya seperti hari ini.

Bisa mengedepankan orang lain
Dewasa, bisa mementingkan kepentingan orang lain yang lebih penting daripada dirinya sendiri. Tidak mengutamakan diri sendiri terus menerus. Tidak pasti selalu, tapi itu sering dilakukan. Itulah dewasa yang sebenarnya.

Mandiri
Ciri jelas dan tidak bisa diganggu gugat. Cowok atau pria dewasa bisa mengurus kehidupannya tanpa sering bergantung pada orang lain. Hasil akhir, pria mandiri bisa dijadikan ciri pria dewasa. Entah itu bersifat khusus atau umum sama saja.

Cukup itu dulu ciri dan karakter cowok dewasa. Jika ada kesempatan, jangan lupa baca juga artikel Karakter Cowok Dan Cewek Yang Di Sukai. Dan jika masih ada waktu jangan lupakan juga untuk membaca artikel yang berkaitan dengan pria dewasa, yaitu Ciri-ciri Cowok Yang Tidak Akan Bisa Dewasa. Selamat membaca dan terima kasih untuk waktunya.

Jumat, 09 Mei 2014

Landasan dalam Bimbingan dan Konseling

LANDASAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
 
 
 
 
 
Setelah memahami Pengertian Bimbingan Dan Konseling , Kita pahami juga yukk apa saja landasan bimbingan dan konseling. Perlu diketahui bahwa landasan bimbingan dan konseling ada 5 landasan yaitu landasan filosofis, landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial budaya, dan landasan pedagogis.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang maksud 5 landasan tersebut, Yuukkkk !! kita leat penjabaran dibawah ini

  • Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philos berarti cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
  1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
  2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
  3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
  4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
  5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
  6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
  7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
  8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
  • Landasan Religius
 Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
  • Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
  • Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
  • Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu

Landasan Religius berkenaan dengan :
1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
    Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

2. Sikap Keberagamaan
    Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.

3. Peranan Agama
    Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :

  1. Memelihara fitrah
  2. Memelihara jiwa
  3. Memelihara akal
  4. Memelihara keturunan
  •  Landasan Psikologis
Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
  1. Motif dan motivasi
  2. Pembawaan dasar dan lingkungan
  3. Perkembangan individu
  4. Belajar, balikan dan penguatan
  5. Kepribadian
  • Landasan Sosial Budaya
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987).
  • Landasan Pedagogis
 Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992).

1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan.

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.

Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.

3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.

Selamat belajar temen2 dan blog ini bisa menjadi media buat belajar  temen2 semua. boleh juga looooo ninggalin coment buat diskusi agar lebih tambah lagi ilmu pengetahuan ato wawasan kita. Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian yang lagi membutuhkan materi tersebut.

Pengertian Bimbingan Karir

Dalam buku Bimbingan Karier dijelaskan :

“Bimbingan Karir adalah proses pemberian bantuan kepada siswa dalam memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan mengenal kesempatan kerja, mampu mengambil keputusan sehingga yang bersankutan dapat mengelola pengembangan kariernya”. (Manrihu, 1988 : 18).


Dari pengertian di atas jelaslah bahwa pelaksanaan  Bimbingan Karier di Sekolah adalah proses membantu siswa agar memahami diri dan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kemantapan cita-citanya.

Terkait dengan pengertian Bimbingan Karier di atas maka yang dimaksud dengan Bimbingan Karier dalam penelitian ini adalah suatu proses usaha membantu siswa untuk mengenal potensi dirinya seperti : bakat, minat, kelebihan dan kekurangannya serta mampu memperkenalkan seluk beluk dunia kerja dan berbagai jenis pekerjaan yang diminatinya sesuai dengan cita-cita para siswa.
2.    Tujuan Bimbingan Karier

Secara umum tujuan  Bimbingan Karier di Sekolah sebagai berikut: “Membantu siswa dalam memahami diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan, merencanakan dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya”. (Sukardi,1984 : 31).

Sedangkan tujuan khusus yang menjadi sasaran pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah menurut Drs. Dewa ketut Sukardi, adalah :
  • Siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang dirinya sendiri (self konsept ), 
  • Siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang dunia kerja, 
  • Siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri dalam menghadapi pilihan lapangan kerja dalam persiapan memasukinya, 
  • Siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir agar mampu mengambil keputusan tenntang jabatan yang  sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja, 
  • Siswa dapat menguasai keterampilan dasar yang penting dalam pekerjaan terutama kemampuan berkomunikasi, berkerja sama berprakarsa dan sebagainya.
3.    Prinsip-Prinsip Bimbingan Karier

Agar Bimbingan Karier di Sekolah dapat berfungsi dcngan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip Bimbingan Karier perlu diperhatikan para pembimbing khususnya dan administrator Sekolah pada umumnya terutama dalam penyusunan program Bimbingan Karier di Sekolah.
Secara umum prinsip-prinsip Bimbingan Karier  di Sekolah di antaranya adalah :
  • Seluruh siswa hendaknya mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian kariernya secara tepat.
  • Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadai terhadap dirinya sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial dan perencanaan karier.
  • Siswa secara keseluruhan dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dengan kariernya.
  • Siswa pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya memiliki pengalaman yang berorientasi pada karier secara berarti dan realistik.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya memiliki tujuan untuk merangsang pendidikan siswa .
  • Program Bimbingan Karier di Sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan dikoordinasi oleh pembimbing disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
4.    Program Bimbingan Karier di Sekolah

Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah, yaitu secara umum bertujuan untuk membantu para siswa untuk memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses persiapan diri untuk bekerja dan berguna dalam masyarakat maka dari itu untuk mencapai tujuan tersebut perlu kiranya disusun suatu program Bimbingan Karier yang di rencanakan dengan matang.

Dengan demikian penyusunan program layanan Bimbingan Karier di Sekolah memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah.
Penyusunan suatu program Bimbingan Karier di Sekolah hendaknya didasarkan pada beberapa prinsip diantaranya sebagai berikut:
  • Program Bimbingan Karier hendaknya direncanakan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan terintegrasi.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya disusun dengan melibatkan siswa dalam proses perkembangannya.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya menyajikan berbagai macam pilihan tentang kesempatan kerja yang ada dalam lingkungan serta dalam dunia kerja yang menjadi cita-cita para siswa.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya mempertimbangkan aspek pribadi siswa secara totalitas. Dengan demikian para siswa akan memiliki kemampuan untuk mengenal berbagai potensi, bakat, minat, kebutuhan diri serta nilai-nilai hidupyang dicita-citakannya.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya diwujudkan untuk melayani semua siswa.
5.    Pilihan Individu dan Perencanaan Karier.

Selama menelusuri kehidupan, beberapa orang memiliki pilihan atau kesempatan untuk memilih dari pada yang lain.Contoh, diantara siswa memiliki beberapa pilihan untuk memilih seperti jurusan, jenis pekerjaan, serta bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tapi bukan berarti pilihan-pilihan tersebut akan dapat dipenuhi tanpa ada dasar yang memotivasi diri dalam diri siswa itu sendiri.

Sehubungan dengan hal ini maka sangat tepatlah tujuan dilaksanakan Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah dalam rangka membantu mengarahkan cita-cita para siswa. Hal berikut ini mungkin akan dapat membantu siswa di Sekolah diantaranya :
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa mempersiapkan pengambilan   keputusan.
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa mengembangkan beberapa   kepercayaan dalam diri sendiri.
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa menemukan beberapa makna dari  aktivitas siswa di Sekolah.
  • Perencanaan Karier dapat memberikan ketenangan bagi diri siswa untuk mengenal kesempatan-kesempatan yang baik yang ditemukannya di Sekolah maupun di luar Sekolah.
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa menentukan apa yang seharusnya dilakukan sekarang dalam kaitannya dengan apa yang diinginkan selanjutnya.
6.    Cara Pelaksanaan Bimbingan Karier

Cara pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah terdiri dari dua macam tehnik pendekatan, yaitu pendekatan individual dan pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok dalam Bimbingan Karier akan memungkinkan masalah yang bersangkut paut dengan karier dapat ditangani untuk semua siswa di Sekolah. Supaya memiliki keterampilan dalam proses pengambilan keputusan mengenai apa yang dicita-citakan pekerjaan, jabatan atau karier yang utama dimasa depan. Untuk mencapai tujuan itu para siswa perlu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya serta dapat mengambil keputusan yang bemakna bagi dirinya.

Berdasarkan kelompok dalam Bimbingan Karier di Sekolah nampaknya menjadi suatu pendekatan bimbingan yang esensial karena dapat memberikan bantuan layanan kepada semua siswa di Sekolah. Maka dari itu pendekatan kelompok dalam Bimbingan Karier dapat meningkatkan konselor propesional secara maksimal.
Cara pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah adalah sebagai berikut:

“Cara pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah dapat ditempuh melalui dua pendekatan yakni: Pendekatan Individual yaitu dengan penyuluhan karier dan pendekatan kelompok dengan kegiatan:(1). Paket belajar, (2). Pengajaran unit, (3). Papan buletin, (4). Hari Karier dan (5). Karya Wisata Karier. (Agus suyanto, 1989: 23).
Pendapat  di atas menekankan bahwa Bimbingan Karier dilaksanakan melalui dua cara pendekatan sebagai berikut:
a.    Pendekatan Individual yaitu: Melalui penyuluhan karier. Bantuan dengan penyuluhan karier melalui dua cara:
  • Konseling tentang pemecahan kesulitan dengan tujuan mengatasi masalah yang dihadapi siswa.
  • Bantuan perorangan agar masing-masing siswa dapat memahami dirinya, memahami dunia kerja dan mengadakan penyesuaian antara dirinya dengan dunia kerja.
b.    Pendekatan Kelompok 
  • Paket Belajar, maksudnya pelaksanaan Bimbingan Karier, menggunakan lima Pendekatan Belajar yaitu:(a). Pemahaman diri, (b). Nilai-nilai, (c). Pemahaman lingkungan, (d). Hambatan dan cara mengatasinya, (e). Merencanakan masa depan.
  • Pengajaran Unit, setiap bidang studi memiliki suatu pokok bahasan yang berkaitan dengan suatu pekerjaan selama proses belajar hendaknya memberikan informasi yang berkaitan dengan suatu pekerjaan selama proses belajar memberikan informasi yang berkaitan dengan suatu pekerjaan sehubungan dengan dengan materi yang disampaikan.
  • Papan Buletin, maksudnya melalui papan buletin petugas BK memasang informsi. Informasi tentang berbagai jenis pekerjaan yang bahannya diambil dari guntingan. Tentang suatu pekerjaan,dan sebagainya.
  • Hari Karier, maksudnya kegiatan untuk mengisi hari-hari tertentu yang diisi dengan ceramah dari sumber tentang suatu pekerjaan.
  • Karya Wisata, maksudnya para siswa diajak berkunjung ketempat suatu pekerjaan untuk melihatdari dekat tentang suatu pekerjaan.
7. Hubungan Antara Hasil Bimbingan Karier Dengan Pengambilan Keputusan Dan  Lapangan Pekerjaan.
Para siswa yang melanjutkan pendidikannya, maupun yang langsung bekerja, tidak langsung demikian saja tetapi melalui suatu proses pengambilan keputusan mengenai suatu pekerjaan yang dipilihnya. Hal tersebut sangatlah kompleks dan memerlukan sebanyak-banyaknya informasi, pengetahuan,  pertimbangan,  dan didalamnya terkandung suatu harapan dan keyakinan atas apa yang di perbuat.

Hasil Bimbingan Karier merupakan salah satu input (sejumlah pengarahan informasi bagi siswa yang bersangkutan, terutama informasi tentang keadaan dirinya, pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan, baik keputusan untuk melanjutkan pendidikan maupun keputusan memasuki lapangan pekerjaan. Kedua-duanya memerlukan pertimbangan lebih dahulu, terutama berkaitan dengan kemampuan diri (Keadaan diri) individu siswa yang bersangkutan.Bagi mereka yang lansung memilih lapangan pekerjaan akan menilai dirinya sendiri bidang pekerjaan apa yang cocok dengan dirinya. Bakat memberikan kecendrungan untuk memperoleh keberhasilan (Belajar / bekerja) dalam bidang tertentu. Minat memberikan kecendrungan senang atau tidak senang pada pelajaran / pekerjaan tertentu. Hal ini sangat penting untuk pengambilan keputusan tentang pekerjaan yang dicita-citakannya.
Dengan melihat kemungkinan-kemungkinan di atas maka terdapat empat jalur yang dapat ditempuh para siswa SMU/MA setelah menamatkan pendidikannya, yaitu:

a.   Para siswa yang lansung terjun ke Lapangan Kerja.
b.   Para siswa yang mengambil kursus / latihan / penataran sebelum bekerja.
c.   Para siswa yang memilih melanjutkan pendidikannya ke tingkat akademi / sarjana muda.
d.   Para siswa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi jenjang strata satu / S1.

Kamis, 08 Mei 2014

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER "Konseling Keluarga"

KONSELING KELUARGA

A.Pengertian Konseling Keluarga

    Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing (konselor) kepada seseorang konseli atau sekelompok konseli (klien, terbimbing, seseorang yang memiliki problem) untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara dengan maksud agar klien atau sekelompok klien tersebut mengerti lebih jelas tentang problemnya sendiri dan memecahkan problemnya sendiri sesuai dengan kemampuannya dengan mempelajari saran-saran yang diterima dari Konselor. Sedangkan arti dari keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

       Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga ini secara memfokuskan pada masalah-masalah berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga. Menurut D. Stanton konseling keluarga dapat dikatakan sebagai konselor terutama konselor non keluarga, yaitu konseling keluarga sebagai (1) sebuah modalitas yaitu klien adalah anggota dari suatu kelompok, yang (2) dalam proses konseling melibatkan keluarga inti atau pasangan ( Capuzzi, 1991 )

     Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan bahwa anggota keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari anak (klien) baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya. Sebagai suatu system, permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain. Pada mulanya konseling keluarga terutama diarahkan untuk membantu anak agar dapat beradaptasi lebih baik untuk mempelajari lingkungannya melalui perbaikan lingkungan keluarganya (Brammer dan Shostrom,1982). Yang menjadi klien adalah orang yang memiliki masalah pertumbuhan di dalam keluarga. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah menetapkan apa kebutuhan dia dan apa yang akan dikerjakan agar tetap survive di dalam sistem keluarganya.

     Pada masa lalu, menurut Moursund (1990), konseling keluarga terfokus pada salah satu atau dua hal, yaitu (1) keluarga terfokus pada anak yang mengalami bantuan yang berat seperti gangguan perkembangan dan skizofrenia, yang menunjukan jelas-jelas mengalami gangguan; dan (2) keluarga yang salah satu atau kedua orang tua tidak memiliki kemampuan, menelantarkan anggota keluarganya, salah dalam member kelola anggota keluarga, dan biasanya memiliki sebagian masalah.

     Anak di dalam suatu keluarga sering kali mengalami masalah dan berada dalam kondisi yang tidak berdaya di bawah tekanan dan kekuasaan orang tua. Permasalahan anak adakalanya diketahui oleh orang tua dan sering kali tidak diketahui orang tua. Permasalahan yang diketahui orang tua jika fungsi-fungsi psikososial dan pendidikannya terganggu orang tua akan mengantarkan anaknya ke konselor jika mereka memahami bahwa anaknya sedang mengalami gangguan yang berat. Karena itu konseling keluarga lebih banyak memberikan pelayanan terhadap keluarga dengan anak yang mengalami gangguan.

    Hal kedua berhubungan dengan keadaan orang tua. Banyak dijumpai orang tua tidak berkemampuan dalam mengelola rumah tangganya, menelantarkan kehidupan rumah tangganya sehingga tidak terjadi kondisi yang berkesinambungan dan penuh konflik, atau memberi perlakuan secara salah (ubuse) pada anggota keluarga lain, dan sebagainya merupakan keluarga yang memiliki berbagai masalah. Jika mengerti dan berkeinginan untuk membangun kehidupan keluarga yanag lebih stabil, mereka membutuhkan konseling.

      Perkembangan belakangan konseling keluarga tidak hanya menangani dua hal tersebut. Permasalahan lain yang juga ditangani karena anggota keluarga mengalami kondisi yang kurang harmonis di dalam keluarga akibat stressor perubahan-perubahan budaya, cara-cara baru dalam mengatur keluargannya, dan cara menghadapi dan mendidik anak-anak mereka. Berdasarkan pengalaman dalam penanganan konseling keluarga, masalah yang dihadapi dan dikonsultasikan kepada konselor antara lain: keluarga dengan anak yang tidak patuh terhadap harapan orangtua, konflik antar anggota keluarga, perpisahan diantara anggota keluarga karena kerja di luar daerah dan anak yang mengalami kesulitan belajar atau sosialisasi.

      Berbagai permasalahan-permasalahan keluarga tersebut dapat diselesaikan melalui konseling keluarga. Konseling keluarga menjadi efektif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut jika semua anggota keluarga bersedia untuk mengubah system keluarganya yang telah ada dengan cara-cara baru untuk membantu mengatasi anggota keluarga yang bermasalah.

       Sebagaimana di kemukakan di bagian awal, konselingkeluarga dalam beberapa hal memiliki keuntungan. Namun demikian konseling keluarga juga memiliki beberapa hambatan dalam pelaksanaannya, dan perlu dipertimbangkan oleh konselor jika bermaksud melakukannya. Hambatan yang dimaksud di antarannya:
     1.Tidak semua anggota keluarga bersedia terlibat dalam proses konseling karena mereka menganggap tidak berkepentingan dengan usaha ini, atau karena alasan kesibukan, dan sebagainya; dan

    2.Ada anggota keluarga yang merasa kasulitan untuk menyampaikan perasaan dan sikapnya secara terbuka dihadapan anggota keluarga lain, padahal konseling membutuhkan keterbukaan ini dan saling percayaan satu sama lain.


 B.Pendekatan Konseling Keluarga
     Untuk memahami mengapa suatu keluarga bermasalah dan bagaimana cara mengatasi masalah-masalah keluarga tersebut, berikut akan dideskripsikan secara singkat beberapa pendekatan konseling keluarga. Tiga pendekatan konseling keluarga yang akan diuraikan berikut ini, yaitu pendekatan system, conjoint, dan struktural.
      1.Pendekatan Sistem Keluarga
Murray Bowen merupakan peletek dasar konseling keluarga pendekatan sistem. Menurutnya anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi (disfunctining family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.

    Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang mengarah pada individualitas. Sebagian anggota keluarga tidak dapat menghindari sistem keluarga yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika hendak menghindari dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya.

      2.Pendekatan Conjoint
Sedangkan menurut Sarti (1967) masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga berhubungan dengan harga diri (self-esteem) dan komunikasi. Menurutnya, keluarga adalah fungsi penting bagi keperluan komunikasi dan kesehatan mental. Masalah terjadijika self-esteem yang dibentuk oleh keluarga itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu juga tidak baik. Satir mengemukakan pandangannya ini berangkat dari asumsi bahwa anggota keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.

      3.Pendekatan Struktural
Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur kaluarga dan pola transaksi yang dibangunn tidak tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batas antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas.

Mengubah struktur dalam keluarga berarti menyusun kembali keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai keluarga itu dengan memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.

Berbagai pandangan para ahli tentang keluarga akan memperkaya pemahaman konselor untuk melihat masalah apa yang sedang terjadi, apakah soal struktur, pola komunikasi, atau batasan yang ada di keluarga, dan sebagainya. Berangkat dari analisis terhadap masalah yang dialami oleh keluarga itu konselor dapat menetapkan strategi yang tepat untuk mambantu keluarga.


C.Tahapan Konselor Keluarga
     Tahapan konseling keluarga secara garis besar dikemukakan oleh Crane (1995:231-232) yang mencoba menyusun tahapan konseling keluarga untuk mengatasi anak berperilaku oposisi. Dalam mengatasi problem, Crane menggunakan pendekatan behavioral, yang disebutkan terhadap empat tahap secara berturut-turut sebagai berikut.
     1.Orangtua membutuhkan untuk dididik dalam bentuk perilaku-perilaku alternatif. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi tugas-tugas membaca dan sesi pengajaran.

     2.Setelah orang tua membaca tentang prinsip dan atau telah dijelaskan materinya, konselor menunjukan kepada orang tua bagaimana cara mengajarkan kepada anak, sedangkan orang tua melihat bagaimana melakukannya sebagai ganti pembicaraan tentang bagaimana hal inidikerjakan.
Secara tipikal, orang tua akan membutuhkan contoh yang menunjukan bagaimana mengkonfrontasikan anak-anak yang beroposisi. Sangat penting menunjukan kepada orang tua yang kesulitan dalam memahami dan menetapkan cara yang tepat dalam memperlakukan anaknya.

   3.Selanjutnya orang tua mencoba mengimplementasikan prinsip-prinsip yang telah mereka pelajari menggunakan situasi sessi terapi. Terapis selama ini dapat member koreksi ika dibutuhkan.

    4.Setelah terapis memberi contoh kepada orang tua cara menangani anak secara tepat. Setelah mempelajari dalam situasi terapi, orang tua mencoba menerapkannya di rumah. Saat dicoba di rumah, konselor dapat melakukan kunjungan untuk mengamati kemajuan yang dicapai. Permasalahan dan pertanyaan yang dihadapi orang tua dapat ditanyakan pada saat ini. Jika masih diperlukan penjelasan lebih lanjut, terapis dapat memberikan contoh lanjutan di rumah dan observasi orang tua, selanjutnya orang tua mencoba sampai mereka merasa dapat menangani kesulitannya mengatasi persoalan sehubungan dengan masalah anaknya.


D.Peran Konselor
      Peran konselor dalam membantu klien dalam konseling keluarga dan perkawinan dikemukakan oleh Satir (Cottone, 1992) di antaranya sebagai berikut.
1.Konselor berperan sebagai “facilitative a comfortable”, membantu klien melihat secara jelas dan objektif dirinya dan tindakan-tindakannya sendiri.
2.Konselor menggunakan perlakuan atau treatment melalui setting peran interaksi.
3.Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga.
4.Membelajarkan klien untuk berbuat secara dewasa dan untuk bertanggung jawab dan malakukan self-control.
5.Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi dan menginterpretasi pesan-pesan yang disampaikan klien atau anggota keluarga.
6.Konselor menolak perbuatan penilaian dan pembantu menjadi congruence dalam respon-respon anggota keluarga.




Daftar Pustaka
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Sayekti Pujosuwarno. 1994. Bimbingan Dan Konseling Keluarga. Menara Mas
Offset. Yogyakarta